"PUJI BAGI ALLAH SERU SEKALIAN ALAM"

"SESUNGGUHNYA, ALLAH BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU"

Minggu, 02 Mei 2010

Penemu Sumber Way Panas Bumi

SUMBER Way Panas (bahasa lampung, pen) atau mata air panas bumi yang ada di areal tanah seluas sekitar 3,8 Hektar di Desa Merak Batin, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, ditemukan pertama kali pada tahun 1856 oleh Oempoe Sebadjaoe. Seorang tokoh adat yang dikenal di zaman itu memiliki kesaktian dan cukup disegani.
Konon di masa tersebut, sumber air panas bumi itu kerap dijadikan tempat mandi terapi para pendekar untuk mengobati luka dalam, usai melakukan pertarungan adu kesaktian.
Pada tahun 1923 (zaman kolonial Jepang) areal tersebut dibangun dan dijadikan tempat pemandian lengkap dengan obyek wisata oleh Pangeran Ratoe Seboeay Djaja Taroena, putra kandung Oempoe Sebadjaoe. Namun, di tahun itu juga, pembangunan kawasan pemandian tersebut luluh lantak. Karena kedatangan para serdadu jepang yang memaksa dan berkeinginan merampas sumber air panas bumi itu. Tetapi ditolak. Akibatnya, penolakan dari pihak Pangeran Ratoe Seboeay Djaja Taroena itu menimbulkan kemarahan serdadu jepang, berujung penghancuran yang dilakukan oleh tentara jepang itu. Bahkan, perlawanan sengit dari pihak Pangeran Ratoe Seboeay Djaja Taroena dan para pengikutnya terhadap para serdadu jepang berujung kepada perlawanan fisik.
Akan tetapi, dari berbagai versi cerita mengenai hal tersebut terungkap, perlawanan fisik tidak sampai terjadi. Konon hal itu dicegah oleh Pangeran Ratoe Seboeay Djaja Taroena, lantaran khawatir akan adanya jatuh korban. Bahkan, cerita aneh bermuatan mistik pun merebak. Bahwa para serdadu jepang yang menduduki Way Panas Bumi itu tiba-tiba ada yang tewas seketika. Dan ada pula yang melarikan diri karena takut terhadap jelmaan empat mahluk raksasa, yang diyakini sebagai mahluk halus yang menunggu Way Panas Bumi itu.

Praktis sejak saat itu, areal tersebut tidak terurus dan hanya menyisakan pondasi sumur saja. Tak pelak, kawasan itu kembali menjadi rawa-rawa yang dikelilingi persawahan. Bangunan yang sudah ada pun telah rata dengan tanah.
Dalam kurun waktu yang cukup lama, usai peristiwa itu, pada era selanjutnya, putra Pangeran Ratoe Seboeay Djaja Taroena, Jardien Aja Sophia gelar Soettan Penatieh, hanya menjadikan sumber mata air panas bumi ini khusus tempat pemandian keluarga Djaja Taroena dan masyarakat Adat Marga Boekoe Djadie serta warga sekitarnya saja .

Barulah, sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an areal sumber mata air panas bumi itu perlahan ditata dan dibangun kembali oleh putra kandung (anak tertua) Jardien Aja Sophia (Soettan Penatieh), atau cucu dari Pangeran Ratoe Seboeay Djaja Taroena, yakni Muttaqin Jayataruna gelar Suttan Ratu Sebuay.

Areal yang tadinya tidak terurus, hanya berupa rawa-rawa dan disesaki semak belukar disekitarnya, serta terkesan angker lantaran terdapat beberapa pohon beringin tua yang usianya diyakini ratusan tahun, secara bertahap mulai tertata oleh Muttaqin Jayataruna, cucu Pangeran Ratu Sebuay. Kendati tersendat-sendat masalah pembiayaan, karena menggunakan kocek pribadi.

"Dulu, ketika mau masuk kesini, susah kalau tidak nyemplung dulu ke sawah. Tapi setelah ditimbun tanah, jalan masuk ke dalam lokasi ini menjadi sangat mudah," jelas Muttaqin, seraya menerangkan, pada tahun 1988-1989, sekitar 998 mobil truk fuso pengangkut tanah urukan dihamparkan dimuka jalan yang menjembatani areal jalan masuk ke dalam sumber mata air panas bumi itu.
Perlahan namun pasti, serta tak kenal menyerah, Muttaqin terus melakukan penataan pembangunan kawasan itu, guna melanjutkan cita-cita sang kakek untuk menjadikan sumber panas bumi itu tempat pemandian terapi kesehatan bagi masyarakat luas.

Alhasil, semangat tak kenal menyerahnya itu berbuah. Kini, areal sumber air panas bumi itu seakan disulap. Dimana masyarakat umum bisa melakukan mandi terapi kesehatan di lokasi tersebut dengan fasilitas kolam pemandian dan kamar pemandian yang cukup memadai. Kendati belum sepenuhnya sempurna. Bahkan, lokasi pemandian itu kini setiap hari banyak dikunjungi masyarakat umum. Baik dari masyarakat lampung sendiri, maupun masyarakat dari luar daerah lampung. Tujuan mereka untuk berobat, terutama bagi mereka yang mengidap penyakit stroke, dari yang ringan hingga yang akut.

Sudah banyak masyarakat yang mengaku merasakan manfaat kesehatan dari sumber air panas bumi miliki keluarga Jayataruna tersebut. Bahkan, mereka menganggap, sumber mata air panas bumi itu benar-benar bukti kekuasaan Ilahi. Bayangkan saja, disekitar lokasi itu tidak ada pegunungan, apalagi gunung merapi. Namun anehnya, terdapat mata air panas bumi. "Ini bukan air panas biasa. Ini tentu ada rahasia misteri dibalik karunia yang diberikan Tuhan," ujar Haji Dadang, salah seorang pengunjung yang berasal dari Banten, Jawa Barat.

Anda ingin mencoba? Anda cukup merogoh kocek Rp2ribu rupiah, anda bisa mandi terapi sepuasnya di sumber air panas bumi yang sangat alami ini. Tak hanya itu saja. Anda pun bisa mengajak keluarga berwisata di kolam pemandian alami itu. Parkir gratis, keamanan terjamin. Selamat mencoba !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar